Pembelajaran dalam dunia pendidikan
by.rinda yuana
by.rinda yuana
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Di sisi lain
pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi
sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran
yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas
pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar
yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan
pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap
dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
==Prinsip-prinsip pembelajaran ==
Berikut ini adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis
rangkum dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi:
===Perhatian dan Motivasi===
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan,
diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk
mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran
yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya.
Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang
besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai
apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang
relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang
dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada
tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih
dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting
dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan
minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk
mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa
senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya
adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa
terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya
motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya.
Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan
*bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian,
dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;
*berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk
melakukan kegiatan tersebut;
*Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang
berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang
tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu:
memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.
===Keaktifan===
Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif.
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan
aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila
anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut
apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus
datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja
tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan
hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan
adanya latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika
sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan.
Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan
agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka
akan semakin paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie
bahwa individu merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu".
Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan
psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis
misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan lain sebagainya.
===Keterlibatan Langsung/Pengalaman===
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar
adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam
penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik
adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat
langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai
contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia
terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang
membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam
konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka
memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques
Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui
belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan
potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk
mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian,
segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman
sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang
diciptakan sendiri.
Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa
"mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan
"mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang
dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar
akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Dari
berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya
keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan
oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya
dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif.
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih
banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional,
dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep.
Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita
belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari
apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang
kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini
menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik
akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika
guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkan nya, maka
mereka akan mengingat sebanyak 90%.
Hal ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh
seorang filsof Cina Confocius, bahwa: {{cquote|apa yang saya dengar, saya lupa;
apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham. Dari
kata-kata bijak ini kita dapat mengetahui betapa pentingnya keterlibatan
langsung dalam pembelajaran.}}
===Pengulangan===
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah
teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan
maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu
diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan akan sempurna. Dalam proses belajar, semakin sering
materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam
diri seseorang.
Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan
adanya pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah
terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat
secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah
mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan
membuat ringkasan.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa
belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.
===Tantangan===
Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah
diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru
dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha
mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul
motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran
harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak
mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, ''inquiri'', ''discovery''
juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang
tidak menyenangkan.
===Balikan dan Penguatan===
Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan
adalah teori belajar ''operant conditioning'' dari B.F. Skinner.Kunci dari
teori ini adalah hukum effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan
bertambah erat, jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa
lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu
menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika
perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau
tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun
dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga
yang tidak menyenangkan, atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun
negatif dapat memperkuat belajar.
Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang
baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Nilai yang baik dapat merupakan ''operan conditioning'' atau penguatan
positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan
akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong
untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik kelas
juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut
penguatan negatif.
===Perbedaan Individual===
Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana
masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi,
minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal
latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus
memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang
sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan
sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam
upaya pembelajaran. Sistem pendidikan kalsik yang dilakukan di sekolah kita
kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan
pengetahuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar